بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

0

Abbad bin Bisyr | Manisnya Iman

Cacak Rijal Rabu, 16 November 2011

Saat itu malam hari. Rasulullah SAW dan pasukannya berhenti di sebuah bukit. Mereka baru saja kembali dari perang Dzatur Riqa. Seperti biasa, Rasulullah SAW memberikan tugas jaga bergiliran. Abbad bin Bisyr dan Ammar bin Yasir menyatakan siap melaksanakan tugas itu. Keduanya adalah sahabat erat.

Dalam mengisi keheningan malamnya, Abbad bin Basyr menggunakan waktunya untuk ibadah, Sekejap kemudian ia pun larut dalam bacaan Al Qur'an yang ia baca dalam rangkaian shalat malamnya. Kehusyu'an shalat dan bacaan Al Qur'an berpadu dalam jiwanya.

Sementara Ammar binYasir sedang tidur karena memang gilirannya untuk beristirahat, Abbad terus larut dalam ibadahnya. Saat itulah seorang musuh mengintai dari kegelapan. Sebuah busur dan anak panah ia siapkan dan segera diarahkan ke Abbad yang masih tenggelam dalam kenikmatan ibadah.

Anak panah pun melesat dan mengenai salah satu bagian tubuh Abbad. Sebagian riwayat memaparkan, Abbad mencabut anak panah itu tanpa merasakan sakit sedikitpun. Lalu, Abbad bin Bisyr meneruskan shalatnya. Panah kedua pun melesat dan mengenai bagian tubuh Abbad. Seperti kejadian sebelumnya, Abbad mencabut anak panah itu dan melanjutkan shalatnya. Panah ketiga melesat mengenai tubuh Abbad. Lagi, seperti sebelumnya, tanpa merasakan sakit sedikitpun, Abbad mencabut anak panah itu. Selanjutnya ia meneruskan ibadah shalat malamnya.

Ketika giliran Ammar bin Yasir tiba untuk berjaga, Abbad pun membangunkan rekannya itu. Ammar kaget melihat darah mengucur dari tubuh Abbad. Melihat peristiwa itu, sang pemanah buru-buru melarikan diri. "Mengapa tidak membangunkan aku ketika engkau terkena anak panah pertama?" tanya Ammar. "Aku sedang membaca Al Qur'an dalam shalat. Aku tidak ingin memutuskan bacaanku. Demi Allah, kalau tidak karena tugas Rasulullah SAW, biarlah tubuh ini putus daripada aku harus memutuskan bacaan dalam shalatku," ujar Abbad.

Peristiwa yang dialami Abbad bin Bisyr tersebut merupakan contoh betapa kehusyu'an ibadah melahirkan kenikmatan yang luar biasa. Bahkan, ketika secara wajar seharusnya Abbad merasakan sakit, tapi dia tidak merasakannya. Ia larut dalam lezatnya ibadah. Inilah salah satu buah manisnya iman.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Ada tiga hal yang siapa saja di dalamnya tentu akan merasakan lezatnya iman: apabila Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada yang lain, mencintai seseorang hanya karena Allah, dan benci kepada kekafiran laksana ia benci untuk dicampakkan kepada neraka'" (HR. Bukhari).

Baca juga posting di bawah ini





Posting Komentar

 
Website asli buatan cacak rijal (RL's)