بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

0

NIAT, Pengantar Kesuksesan Sebuah Amalan

Cacak Rijal Kamis, 06 Oktober 2011
Umar bin Khatab ra. pernah berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Sesungguhnya amal itu tergantung pada niat, dan setiap orang hanya memperoleh apa yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya itu kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya itu kepada Allah dan RasulNya. Dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang ditujunya atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa yang dihijrahkannya."

Hadits di atas muncul karena adanya sebuah peristiwa. Yaitu lelaki yang melamar seorang wanita yang dipanggil dengan nama Ummu Qais. Namun wanita itu menolakya kecuali jika lelaki itu berhijrah ke Madinah. Kemudian lelaki itu ikut hijrah, lalu menikahi wanita tersebut. Maka dia pun diberi julukan Mahajiru Ummi Qais (orang yang berhijrah karena Ummu Qais). Hal itu dinyatakan oleh Thabrani dalam al Mu'jam al Kabiirnya dengan rangkaian periwayat tsiqah (bisa dipercaya) dari Ibnu Mas'ud.

Hikmah yang bisa kita petik dari untaian mutiara hadits tersebut adalah :


  1. Persyaratan Niat.
    Para ulama sepakat bahwa perbuatan orang mukmin tidak dianggap dan tidak akan mendapat pahala kecuali jika diiringi dengan niat.
    Niat adalah salah satu rukun dari ibadah inti, seperti shallat, haji, dan puasa, yang karenanya ibadah-ibadah tersebut tidak sah kecuali dengan adanya niat. Sedangkan untuk ibadah yang menjadi perantara ibadah inti, seperti wudhu dan mandi, terdapat beragam pendapat di kalangan para ulama. Menurut madzhab Hanafi, niat merupakan syarat mutlak dalam ibadah untuk mendapatkan pahala. Sementara madzhab Syafi'i dan madzhab yang lainnya berpendapat bahwa niat dalam ibadah merupakan syarat sahnya sebuah ibadah. Maka ibadah perantara itu pun tidak sah kecuali dengan niat.
  2. Waktu dan Tempat Niat.Waktu niat adalah saat hendak melakukan ibadah. Dalam shallat misalnya, seseorang harus berniat ketika hendak melakukan takbiratul ihram (takbir pertama), saat berhaji ketika hendak berihram, sedang dalam puasa berniat sebelum terbitnya fajar.
    Tempat niat ada di dalam hati dan tidak disyaratkan untuk diucapkan. Kendati begitu bisa saja untuk membantu hati dalam menghadirkan niat. Dalam niat tersebut ditentukan juga secara jelas apa yang diniatkan dan dibedakan dengan perbuatan lainnya. Karenanya seseorang yang akan menunaikan shallat Dhuhur misalnya harus diniatkan dengan jelas bahwa shallat yang dilakukannya benar-benar shallat dhuhur.
  3. Seseorang yang Berniat Melakukan ibadah.
    Namun karena sesuatu dan lain hal, misalnya sakit parah atau meninggal dunia, lalu ia tidak dapat melaksanakannya, maka ia akan tetap mendapat pahala.
  4. Setiap Amal Baik dan Bermanfaat.
    Hanya yang diiringi dengan niat yang ikhlas dan hanya untuk mencari keridhaan Allah, maka amal tersebut merupakan ibadah.

Para ulama sepakat bahwa perbuatan seorang mukmin tidak dianggap dan tidak akan mendapat pahala kecuali jika diiringi dengan niat. . .

Baca juga posting di bawah ini





Posting Komentar

 
Website asli buatan cacak rijal (RL's)