بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

0

Ketika Seorang Nabi Menjadi Panglima

Cacak Rijal Selasa, 04 Oktober 2011
Muhammad SAW. adalah rasul dan hamba Allah. Beliau merupakan peimpin dengan segala maknanya, pemimpin negara, pemimpin keluarga, sekaligus pemimpin militer. Dalam beberapa kesempatan, Nabi SAW. secara langsung memegang komando di medan jihad. Dengan gagah berani dan kecemerlangan strategi, Nabi SAW. memimpin satuan militer.

Saat perang Badar misalnya, Nabi SAW. bersama 300-an mujahidin dari kalangan Muhajirin maupun Anshar berangkat dari Madinah ke lembah Badar untuk menyongsong pasukan kafir. Dalam Sirah Nabawiyah (karya Syaikh Shafiyyurahman Al Mubarakfury. 1997. Penerbit Al Kautsar, hal. 276), digambarkan bagaimana kejelian dan kejeniusan Nabi SAW. ketika menjalankan siasat menjelang peperangan pertama dalam sejarah umat Islam itu.

Teknik Investigasi Ala Nabi. 

Sebelum para rombongan mujahidin mencapai lembah Badar, Nabi SAW. sendiri yang melakukan kegiatan mata-mata. Hanya ditemani Abu Bakar Ash-Shidiq, Nabi SAW. berjalan berputar-putar di sekitar pasukan Quaisy Mekkah. Tiba-tiba beliau berpapasan dengan seorang Arab yang sudah tua. Bagaikan orang yang sedang menamar, Nabi SAW. melakukan investigasi tentang pasukan Mekkah. Beruntung lelaki itu tidak mengenal Rasulullah SAW. karenanya Nabi SAW. juga menanyakan keadaan pasukan Islam yang Beliau pimpin sendiri untuk mengukur pemaham pria tua itu.

"Aku tidak akan memberitahukan kalian sebelum kalian memberitahukan kepadaku, dari mana asal kalian berdua," kata pria tua itu saat Nabi SAW. bertanya.
"Beritahukan kepada kami, nanti akan kami beritahukan kepadamu dari mana asal kami," jawab Nabi SAW.
"Jadi begitukah?" tanya pria tua itu.
"Benar," jawab beliau.
"Menurut informasi yang kudengar, Muhammad dan rekan-rekannya berangkat pada hari ini. Jika informasi ini benar, berarti dia sudah tiba di tempat ini (tempat memberhentian pasukan Madinah). Menurut informasi yang kudengar Quraisy berangkat pada hari ini. Jika informasi ini benar, Berarti mereka sudah tiba di tempat ini (tempat pemberhentian pasukan Mekkah)."

Lalu pria itu ganti bertanya, "katakan padaku dari mana asal kalian berdua?" Nabi SAW. menjawab, "Kami berasal dari setetes air."

Setelah itu Nabi SAW. beranjak pergi, membiarkan pria tua itu kebingungan. "Dari setetes air yang mana? Ataukahsetetes air dari Irak?" tenyanya terlolong keheranan. Namun Nabi SAW. dan Abu Bakar tetap saja melanjutkan perjalanan. 

Siapkan Siasat Jitu.
 
Kemudian Rasulullah SAW. membawa pasukannya ke mata air Badar agar bisa mendahului pasukan Quraisy. Sehingga mereka bisa menghalangi orang-orang Quraisy untuk menguasai mata air itu. Maka pada petang hari mereka sudah tiba di dekat mata air Badar.

Di sinilah Al Hubab bin Al Mundzir tampil layaknya penasihat militer seraya bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat engkau tentang keputusan berhenti di tempat ini? Apakah tempat ini merupakan wahyu dari Allahkepada engkau? Jika begitu keadaannya, maka tidak ada pilihan lagi bagi kami untuk maju atau mundur dari tempat ini. Ataukah tempat ini sekedar pendapat, siasat, dan taktik perang?"
 
Beliau menjawab, "Ini adalah pendapatku, siasat, dan taktik perang." Al Hubab berkata, "Wahai Rasulullah, menurutku tidak tepat jika kita berhenti di sini. Pindahkanlah orang-orang ke tempat yang lebih dekat dengan mata air daripada mereka (orang-orang Musyrik Mekkah). Kita berhenti di tempat itu lalu dan kita timbun kolam (mata air) di belakang mereka. Setelah itu kita berperang menghadapi mereka. Kita bisa minum dan mereka tidak bisa."

Nabi SAW. bersabda, "Kau telah menyampaikan pendapat yang jitu,"

Maka Rasulullah SAW. memindahkan pasukannya hingga jarak mereka dengan mata air lebih dekat daripada pihak musuh. Separuh malam mereka berada di tempat itu, lalu mereka membuat kolam lalu menimbun kolam yang lain.

Ketenangan Dari Allah.

Kemudian Nabi SAW. mempersiapkan pasukan, berkeliling di sekitar kawasan yang dijadikan ajang pertempuran. Pada malam itu,Nabi SAW.banyak mengerjakan shallat di dikat pohon yang tumbuh di sebelah kemah beliau. Sedangkan umat-umat muslim yang lain tidur dengan hembusan nafas yang tenang. Hati mereka ditaburi keyakinan. Mereka cukup istirahat malam itu. Dengan harapan esok paginya mendapat pertolongan dari Allah SWT.

"(Ingatlah) ketika Allah menjadikan kalian mengantuk sebagai suatu penentraman dariNya dan Allah menurunkan kepada kalian hujan dari langit untuk mensucikan kalian dengan hujan itu dan menghilangkan dari kalian gangguan-gangguan syetan dan untuk menguatkanhati kalian dan memperteguh dengannya telapak kaki (kalian)." Demikian Firman Allah SWT. (QS. Al Anfal 11) menggambarkan persiapan Nabi SAW. dan kaum muslimin pada detik-detik menjelang babak baru perjuangan Islam.

Baca juga posting di bawah ini





Posting Komentar

 
Website asli buatan cacak rijal (RL's)