بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

0

Perniagaan Abadi yang Tak Merugi

Cacak Rijal Jumat, 14 Oktober 2011
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, dirinya dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh, (itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar," (QS. At Taubah : 111)

Sadarkah kita bahwa kita telah melakukan jual beli dengan syahadat sebagai bukti transaksinya? Saat kita bersyahadat berarti kita telah menjual diri, harta, dan semua yang kita miliki kepada Allah. Dan tidak ada pembeli yang lebih jujur dan menepati akad jual beli serta memberi harga yang berlipat ganda selain daripada Allah. Surga dengan segala kenikmatannya adalah harga yang diberikan Allah kepada orang-orang yang beriman. Namun, jual beli ini harus dilandasi oleh empat hal :
  1. Cinta (Mahabbah).
    Cinta ialah suatu ikatan untuk mencintai apa saja yang dicintai Allah dan apa saja yang ditentukanNya. kecintaan itu mesti begitu mendalam dan teramat sangat sehingga melebihi kecintaannya pada selain Allah. Rasa cinta yang teramat sangat itu bisa dilihat dari tanda-tandanya. Misalnya, saat nama Allah disebut-sebut, bergetarlah hatinya. Ketika ayat-ayat Allah dibacakan, semakin mantaplah keyakinannya. Jika itu terjadi maka, itulah yang disebut sebagai orang yang beriman.
  2. Perniagaan (Tijarah).
    Pada hakikatnya semua manusia termasuk kita adalah miskin dan faqir. Kita tidak memiliki apapun. Diri kita ini pun bukan milik kita. Semua yang ada hanyalah milik Allah. Tetapi dalam perjanjian ini Allah menawarkan kepada orang-orang mu'min untuk menjual apa yang bukan miliknya kepada Allah dengan keuntungan yang besar.
    Tentu dalam hal ini kita tidak menggunakan logika bisnis semata. Karena perniagaan ini di luar logika bisnis. Orang-orang mu'min sebagai penjual (Al Baa'i) diberi modal oleh Allah yang sekaligus sebagai pembeli (Al Musytarii). Modal itu berupa harta (amwal) yang meliputi kekayaan, kedudukan, pekerjaan, jabatan, pengaruh, dan sebagainya. Selain harta, modal lainnya adalah diri/jiwa (nafs) yang meliputi nyawa, tenaga, waktu, kesempatan, perasaan, dan lainnya.
    Jika orang mu'min mau menjual modal itu, maka akan diberi laba yang besar oleh Allah berupa surga dan keridhaanNya. Dan Allah menjamin bahwa transaksi itu tidak akan merugikan. Sebagaimana disabdakan Rasulullah pada malam aqabah yang diriwayatkan Abdullha bin Rawahah "Berjanjilah kepada Tuhanmu dan kepada dirimu apa yang engkau kehendaki," Beliau melajutkan, "Aku berjanji kepada Tuhanku kiranya kamu menyembahNya dan tidak menyekutukanNya dengan apapun. Aku berjanji dengan diriku kiranya kamu memberiku dengan jiwa dan hartamu yang hendak kamu berikanm," Para sahabat bertanya, "Apa imbalan jika kami melakukan hal itu?" Beliau menjawab, "Surga." Mereka berkata, "Betapa jual beli yang menguntungkan. Kami tidak akan banyak bicara." Maka diturunkanlah ayat, "Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min diri dan harta mereka....." (QS. At Taubah : 111). Sungguh rugi besar bagi yang tak  mau menangkap peluang ini.
  3. Aktifitas (Amal).
    Dengan landasan cinta, ikrar (syahadat) tersebut tentu akan berbuah amal, Cakupan amal itu akan meluas seiring dengan tingginya kecintaan dan keyakinan kita akan kebenaran ikrar/perjanjian itu. Semakin kita yakin, maka produktifitas amal itu akan semakin meluas.Tidak hanya untuk pribadi dan keluarga, bahkan masyarakat dan bangsa pun akan merasakan percikan amalnya. Karena bagi orang-orang mu'min firman Allah di surat At Taubah ayat 9 cukup menjadi garansi, "...Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasulNya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
  4. Perjuangan (Jihad).
    Puncak dari cinta dan transaksi jual beli iniadalah perjuangan (jihad) menegakkan agama Allah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Ia berupaya sekuat tenaga untuk membuat dirinya sebagai mujahid fi sabilillah. Keyakinannya akan janji bagi para syuhada' akan selalu terngiang, "Barang siapa memohon mati syahid kepada Allah dengan sebenar-benarnya permohonan, maka Allah akan menyampaikannya pada derajat syuhada' meskipun ia wafat di atas tempat tidurnya," (HR. Bukhari).

Baca juga posting di bawah ini





Posting Komentar

 
Website asli buatan cacak rijal (RL's)