Salah satu tujuan Nabi Muhammad SAW. berhijrah ke Madinah adalah membangun tatanan masyarakat Islami. Setelah mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar, langkah yang ditempuh Nabi SAW. adalah mengatur hubungan dengan golongan non-muslim. Perhatian Nabi SAW. saat itu terpusat untuk menciptakan keamanan, kebahagiaan, kebaikan bagi semua manusia, dan mengatur kehidupan di Madinah dalam satu kesepakatan.
Untuk itu, Nabi SAW. menerapkan undang-undang yang luwes dan penuh tenggang rasa. Golongan non-muslim yang paling dekat dengan orang-orang muslim di Madinah adalah orang-orang Yahudi. Sekalipun memendam kebencian dan permusuhan, namun mereka tidak berani menampakkannya. Nabi SAW. menawarkan kepada mereka perjanjian yang intinya memberikan kebebasan menjalankan ibadah dan memutar kekayaan serta tidak boleh saling menyerang dan memusuhi.
Saling Berjanji Menjaga Madinah
Inilah butir-butir perjanjian tersebut:
Namun, orang-orang Yahudi punya tabiat buruk. Mereka adalah orang-orang yang suka berhianat dan bersekongkol. Untuk itu, mereka melakukan berbagai cara untuk mengganggu orang-orang Islam sekalipun saling terikat dengan perjanjian.
Nabi SAW. masih bersabar menghadapi ulah mereka yang justru semakin hari semakin berani. Bahkan mereka melakukan konspirasi untuk membunuh Nabi SAW. Ini terjadi saat Nabi SAW. mendatangi mereka agar mau membantu membayar tebusan bagi dua orang Bani Amir yang dibunuh seorang sahabat secara tidak sengaja. Cara pembayaran tebusan ini sesuai dengan klausul yang sudah disepakati bersama.
"Kami akan membantu wahai Abul Qasim (panggilan Nabi SAW. di kalangan orang Yahudi). Sekarang duduklah di sini, biar kami menyiapkan kebutuhanmu," kata orang-orang Yahudi Bani Nadhir. Nabi SAW. duduk di pinggir tembok salah satu rumah milik mereka sambil menunggu janji yang hendak mereka penuhi. Di samping Nabi SAW. ada Abu Bakar, Umar, Ali, dan beberapa sahabat yang lain (dalam Sirah Nabawiyah oleh Al Mubarakfury, Pustaka Al Kautsar, hlm 380).
Orang-orang Yahudi saling kasak-kusuk dan berunding. Setan membisikkan kemalangan kepada orang-orang Yahudi itu. Mereka sepakat untuk membunuh Rasulullah SAW. di tempat itu. Mereka berkata "Siapakah di antara kalian yang berani mengambil batu pengilingan ini, lalu naik ke atas rumah dan menjatuhkannya ke kepala Muhammad hingga remuk?"
"Aku," jawab Amr bin Jahasy. "Jangan lakukan itu!" sahut Sallam bin Misykam. "Demi Allah, Muhammad pasti akan diberitahu tentang apa yang hendak kalian lakukan. Hal ini merupakan pelanggaran perjanjian kita," tukas Sallam. Tetapi mereka tetap bersikukuh untuk melaksanakan rencana itu.
Jibril turun dari sisi Allah SWT. kepada Rasulullah SAW. mengabarkan rencana mereka. Seketika itu pula Nabi SAW. bangkit dan pulang ke Madinah tanpa sepengetahuan para sahabat. Setelah menunggu cukup lama, para sahabat menyusul ke Madinah dan berkata kepada Nabi SAW. "Tiba-tiba saja Engkau pergi dan kami tidak merasa ada sesuatu pada diri Engkau." Lalu Nabi SAW. memberitahu rencana jahat orang-orang Yahudi.
Rasulullah SAW. langsung mengutus Muhammad bin Maslamah untuk menemui Bani Nadhir dan mengatakan kepada mereka, "Tinggalkanlah Madinah dan jangan hidup bertetangga denganku. Kuberi tempo sepuluh hari. Siapa yang masih kutemui setelah itu, maka akan kupenggal lehernya."
Kehinaan Bagi Penghianat
Tidak ada pilihan bagi orang-orang Yahudi Bani Nadhir selain pergi dari Madinah. Mereka harus hengkang dari kota suci. Mereka membawa serta anak-anak dan para wanita dengan enam ratus onta. Kebanyakan dari mereka terusir ke Khaibar. Sebagian yang lain mengungsi ke Syam. Hanya ada dua orang diantara mereka yang masuk Islam, yaitu Yamin bin Amr dan Abu Sa'ad bin Wahb. Sehingga mereka berdua tetap bisa tinggal di Madinah.
Demikianlah akhirnya kaum Yahudi terusir dari Madinah. Sehingga tidak ada tempat lagi untuk kaum penghianat. Tidak ada umat di dunia ini yang sudi bertetangga dengan kaum culas dan zalim seperti mereka. Dan kehinaanlah yang pantas mereka terima di dunia dan di akhirat.
Untuk itu, Nabi SAW. menerapkan undang-undang yang luwes dan penuh tenggang rasa. Golongan non-muslim yang paling dekat dengan orang-orang muslim di Madinah adalah orang-orang Yahudi. Sekalipun memendam kebencian dan permusuhan, namun mereka tidak berani menampakkannya. Nabi SAW. menawarkan kepada mereka perjanjian yang intinya memberikan kebebasan menjalankan ibadah dan memutar kekayaan serta tidak boleh saling menyerang dan memusuhi.
Saling Berjanji Menjaga Madinah
Inilah butir-butir perjanjian tersebut:
- Orang-orang Yahudi Bani Auf adalah satu umat dengan orang-orang mukmin. Bagi orang-orang Yahudi agama mereka, dan bagi orang-oran Muslim agama mereka. Hal ini juga berlaku bagi orang-orang Yahudi selain Bani Auf.
- Orang-orang Yahudi berkewajiban menanggung nafkah mereka sendiri dan begitu pula bagi orang-orang muslim.
- Mereka harus saling saling menasehati, berbuat bajik, dan tidak boleh berbuat jahat.
- Orang orang Yahudi harus berjalan seiring dengan orang-orang mukmin selagi mereka terjun dalam peperangan.
- Jika terjadi sesuatu ataupun perselisihan, maka tempat kembalinya adalah Allah SWT. dan Muhammad SAW.
- Mereka harus saling tolong-menolong dalam menghadapi orang yang hendak menyerang Madinah.
- Wajib membantu orang yang didzalimi.
- Perjanjian ini tidak boleh dilanggar kecuali memang dia orang yang zalim.
Namun, orang-orang Yahudi punya tabiat buruk. Mereka adalah orang-orang yang suka berhianat dan bersekongkol. Untuk itu, mereka melakukan berbagai cara untuk mengganggu orang-orang Islam sekalipun saling terikat dengan perjanjian.
Nabi SAW. masih bersabar menghadapi ulah mereka yang justru semakin hari semakin berani. Bahkan mereka melakukan konspirasi untuk membunuh Nabi SAW. Ini terjadi saat Nabi SAW. mendatangi mereka agar mau membantu membayar tebusan bagi dua orang Bani Amir yang dibunuh seorang sahabat secara tidak sengaja. Cara pembayaran tebusan ini sesuai dengan klausul yang sudah disepakati bersama.
"Kami akan membantu wahai Abul Qasim (panggilan Nabi SAW. di kalangan orang Yahudi). Sekarang duduklah di sini, biar kami menyiapkan kebutuhanmu," kata orang-orang Yahudi Bani Nadhir. Nabi SAW. duduk di pinggir tembok salah satu rumah milik mereka sambil menunggu janji yang hendak mereka penuhi. Di samping Nabi SAW. ada Abu Bakar, Umar, Ali, dan beberapa sahabat yang lain (dalam Sirah Nabawiyah oleh Al Mubarakfury, Pustaka Al Kautsar, hlm 380).
Orang-orang Yahudi saling kasak-kusuk dan berunding. Setan membisikkan kemalangan kepada orang-orang Yahudi itu. Mereka sepakat untuk membunuh Rasulullah SAW. di tempat itu. Mereka berkata "Siapakah di antara kalian yang berani mengambil batu pengilingan ini, lalu naik ke atas rumah dan menjatuhkannya ke kepala Muhammad hingga remuk?"
"Aku," jawab Amr bin Jahasy. "Jangan lakukan itu!" sahut Sallam bin Misykam. "Demi Allah, Muhammad pasti akan diberitahu tentang apa yang hendak kalian lakukan. Hal ini merupakan pelanggaran perjanjian kita," tukas Sallam. Tetapi mereka tetap bersikukuh untuk melaksanakan rencana itu.
Jibril turun dari sisi Allah SWT. kepada Rasulullah SAW. mengabarkan rencana mereka. Seketika itu pula Nabi SAW. bangkit dan pulang ke Madinah tanpa sepengetahuan para sahabat. Setelah menunggu cukup lama, para sahabat menyusul ke Madinah dan berkata kepada Nabi SAW. "Tiba-tiba saja Engkau pergi dan kami tidak merasa ada sesuatu pada diri Engkau." Lalu Nabi SAW. memberitahu rencana jahat orang-orang Yahudi.
Rasulullah SAW. langsung mengutus Muhammad bin Maslamah untuk menemui Bani Nadhir dan mengatakan kepada mereka, "Tinggalkanlah Madinah dan jangan hidup bertetangga denganku. Kuberi tempo sepuluh hari. Siapa yang masih kutemui setelah itu, maka akan kupenggal lehernya."
Kehinaan Bagi Penghianat
Tidak ada pilihan bagi orang-orang Yahudi Bani Nadhir selain pergi dari Madinah. Mereka harus hengkang dari kota suci. Mereka membawa serta anak-anak dan para wanita dengan enam ratus onta. Kebanyakan dari mereka terusir ke Khaibar. Sebagian yang lain mengungsi ke Syam. Hanya ada dua orang diantara mereka yang masuk Islam, yaitu Yamin bin Amr dan Abu Sa'ad bin Wahb. Sehingga mereka berdua tetap bisa tinggal di Madinah.
Demikianlah akhirnya kaum Yahudi terusir dari Madinah. Sehingga tidak ada tempat lagi untuk kaum penghianat. Tidak ada umat di dunia ini yang sudi bertetangga dengan kaum culas dan zalim seperti mereka. Dan kehinaanlah yang pantas mereka terima di dunia dan di akhirat.
Posting Komentar