بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

0

Si Pincang Berjingkat ke Surga

Cacak Rijal Minggu, 23 Oktober 2011

"Ya Rasulullah, demi Allah, aku amat berharap kiranya dengan kepincanganku ini aku dapat merebut surga...!"

Begitu tutur Amr bin Jamuh suatu ketika. Sahabat Rasulullah itu memang dikaruniai kaki yang pincang. Namun, ungkapannya kepada Rasulullah itu menunjukkan luapan semangat jihad yang menggelora. Pernyataan yang ia ucapkan merupakan ekspresi keimanan yang telah merasuk dan menghujam kuat di dalam lubuk sanubari. Mendengarnya membuat kita dipaksa meraba sejauh mana realisasi keimanan yang telah kita ikrarkan. Jika si pincang saja ingin merebut surga dengan kepincangannya, tidakkah kita yang memiliki tubuh yang sempurna ingin meraih surga seperti dia.

Sebelum mengenal Islam, Amr bin Jamuh adalah seorang pemuja berhala. Namun hidayah Allah menyapa dan menghantarkannya menjadi seorang muslim yang sangat pemurah dan dermawan. Hingga seluruh harta kekayaannya diserahkannya untuk agama dan kawan-kawan seperjuangannya.

Nyawapun Diserahkan Untuk Perjuangan

Sebagaimana seorang dermawan, Amr bin Jamuh tak ingin sifat pemurahnya akan berkurang dalam menyerahkan jiwa raganyadi jalan Allah. Keinginannya untuk turut ambil bagian di medan jihad ternyata cukup besar. Namun sering kali harapannya itu terhalang oleh kehawatiran keempat puteranya terhadap kondisi cacat kakinya, termasuk saat ia telah siap terjun di medan Badar. Saat itu keempat puteranya memohon kepada Rasulullah untuk membujuk sang ayah agar mengurungkan niatnya berperang. Bahkan mereka meminta agar Rasulullah melarangnya ikut dalam barisan jihad.

Rasulullah pun menyampaikan kepada Amr bahwa Islam membebaskan dirinya dari kewajiban perang dengan alasan ketidakmampuan dang disebabkan cacat kakinya. Tetapi ia tetap mendesak dan minta diijinkan hingga Rasulullah terpaksa mengeluarkan perintah agar ia tetap tinggal di Madinah.

Di moment perang Uhud, Amr tak ingin kehilangan kesempatan untuk yang kedua kalinya. Amr menemui Rasulullah dan memohon dangan sangat agar diberi ijin turut serta dalam perang Uhud. Ia ingin menggapai surga dengan kepincangannya itu. Karena permintaan yang amat sangat, Rasulullah akhirnya mengijinkannya ikut. Diliputi rasa puas dan gembira, ia pun menyiapkan perlengkapan perangnya. Kemudian ia memohon kepada Allah, "Ya Allah, berilah aku kesempatan untuk menemui syahid, dan janganlah aku dikembalikan kepada keluargaku...!" Sebuah pengharapan tulus akan cara perjumpaan terindah dengan sang kekasih Ilahi Rabbi.

Perang pun berkecamuk di bukit Uhud. Kaum muslimin tengah menghadapi musyrikin yang hendak memadamkan cahaya Islam. Di tengah-tengah hiruk pikuk pertempuran, Amr tampak berjibaku dengan segala keterbatasannya. Ia berjingkat dan sekali lompat pedangnya menyambar satu kepala dari orang-orang musyrik. Ia melepaskan pukulan-pukulan ke kiri dan ke kanan dengan tangan kanannya. Tanpa disadari sebuah pukulan pedang berkelebat tepat mengenai tubuhnya, ia pun limbung dan ambruk. Moment meperti inilah yang sebenarnya ia rindukan. Amr bin Jamuh akhirnya menyongsong surga dengan kakinya yang pincang dan berjumpa dengan Rabbnya.

Baca juga posting di bawah ini





Posting Komentar

 
Website asli buatan cacak rijal (RL's)